Spiral of Silence Theory
·
Elisabeth Noelle-Neumann
·
The media publicises opinion that is mainstream or fringe
·
Individuals who perceive their own opinion is accepted will express it,
whilst those that don't supress their views
·
People adjust their opinions according to their perceptions to avoid
being isolated
·
Innovators, change agents and the avant-garde don't mind being isolated
so are unafraid to voice differring opinions.*
Teori
Spiral Keheningan ini dapat diuraikan sebagai berikut: individu memiliki opini
tentang berbagai isu. Akan tetapi, ketakutan akan terisolasi menentukan apakah
individu itu akan mengekspresikan opini-opininya secara umum. Untuk
meminimalkane kemungkinan terisolasi, individu-individu itu mencari dukungan
bagi opini mereka dari lingkungannya, terutama dari media massa.
Media
massa – dengan bias kekiri-kirian mereka – memberikan interpretasi yang salah
pada individu-individu itu tentang perbedaan yang sebenarnya dalam opini publik
pada berbagai isu. Media mendukung opini-opini kelompok kiri dan biasanya
menggambarkan kelompok tersebut dalam posisi yang dominan.
Sebagai
akibatnya, individu-individu itu mungkin mengira apa yang sesungguhnya posisi
mayoritas sebagai opini suatu kelompok minoritas. Dengan berlalunya waktu, maka
lebih banyak orang akan percaya pada opini yang tidak didukung oleh media massa
itu, dan mereka tidak lagi mengekspresikan pandangan mereka secara umum karena
takut akan terisolasi. Selama waktu tersebut, karena ‘mayoritas yang bisu’
tetap diam, ide minoritas mendominasi diskusi. Yang terjadi kemudian, apa yang
pada mulanya menjadi opini minoritas, di kemudian hari dapat menjadi dominan. Spiral
keheningan mengajak kita kembali kepada teori media massa yang perkasa, yang
mempengaruhi hampir setiap orang dengan cara yang sama (Noelle-Meumann, 1973)
Orang-orang
yang tidak terpengaruh oleh spiral kebisuan ini ialah orang-orang yang dikenal
sebagai avant garde dan hard core. Yang dimaksud dengan avant garde di sini
ialah orang-orang yang merasa bahwa posisi mereka akan semakin kuat, sedangkan
orang-orang yang termasuk ke dalam kelompok hard core ialah mereka yang selalu
menentang, apa pun konsekuensinya (Noelle-Neumann, 1984).
Noelle-Newman
(1984) menyatakan bahwa kekuatan media massa diperoleh dari: (1) kehadirannya
di mana-mana (ubiquity); (2) pengulangan pesan yang sama dalam suatu waktu
(kumulasi); dan (3) konsensus (konsonan) tentang nilai-nilai kiri di antara
mereka yang bekerja dalam media massa, yang kemudian direfleksikan dalam isi
media massa. Bukti-bukti yang diungkapkan oleh Noelle-Newmann (1980, 1981)
diperoleh dari Jerman Barat, meskipun ia menyatakan bahwa “konsonan” itu iuga
berlaku bagi demokrasi parlementer Barat dan sistem media yang dikontrol
pemerintah. Tidaklah jelas apakah ia juga akan memperluas teorinya agar
mencakup negara-negara yang sedang berkembang. Namun untuk kasus di Indonesia,
masa peralihan pemerintahan Megawati ke Susilo Bambang Yudhoyono memiliki
sisi-sisi yang cukup relevan dengan asumsi teori ini.
Ada
beberapa ketidaksepakatan tentang kelayakan teori dan metodologi karya Noelle-Newmann
ini. Pengritik melihat bahwa formulasi teorinya tidak lengkap, dan
konsep-konsep utamanya tidak dijelaskan dengan memadai. Di samping itu, spiral
kebisuan, sebagai teori opini publik, dikelompokkan bersama perspektifnya yang
lain tentang masyarakat dan media massa. Di pihak lain, spiral kebisuan ini
memperlakukan opini publik sebagai suatu proses dan bukan sebagai sesuatu yang
statis. Perspektif itu juga memperhatikan dinamika produksi media dengan
pembentukan opini publik (Glynn dan McLeod, 1985; Katz, 1981; Salmon dan Kline,
1983). Studi yang belum lama ini dilakukan memberi dukungan empirik pada teori
spiral kebisuan. Dalam evaluasi masalah-masalah yang dihadapi oleh suatu
komunitas di Waukegan, Illinois, Taylor (1982) menemukan bahwa orang-orang yang
merasa opininya mendapat dukungan mayoritas akan lebih berani mengungkapkan
pendapatnya. Demikian juga dengan orang-orang yang merasa bahwa opininya akan
mendapat dukungan di kemudian hari (misalnya kelompok avant garde). Dengan cara
yang serupa, Glynn dan McLeod (1985) menemukan bahwa persepsi tentang apa yang
dipercayai orang lain akan mempengaruhi ekspresi opini dan pemungutan suara.
Mereka juga menemukan bahwa kelompok hard core di antara para pemilih lebih
suka mendiskusikan kampanye politik daripada yang lain. Yang dimaksud dengan
hard core di sini ialah orang-orang yang secara eksplisit menyukai seorang
kandidat setelah melalui beberakali wawancara. Di samping itu, Glenn dan McLeod
(1985) melaporkan juga bahwa responden-responden mereka lebih suka melibatkan
diri dalam diskusi-diskusi politik dalam suatu pertemuan, jika orang-orang lain
yang hadir di situ pandangannya sejalan dengan pandangan mereka.
No comments:
Post a Comment