Konsepsi Komunikasi
Menurut Effendy (2000) komunikasi dapat ditinjau dari dua sudut pandang,
yaitu komunikasi dalam pengertian secara umum dan pengertian secara
paradigmatik supaya jelas dalam
pelaksanaan teknik komunikasi tersebut. secara umum komunikasi dapat dilihat
dari dua segi, yaitu secara etimologis dan terminologis. Secara etimologis,
istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio dan perkataan ini bersumber dari kata communis yang artinya sama, dalam arti kata sama makna,
yaitu sama mengenai suatu hal. Jadi komunikasi berlangsung apabila antara
orang-orang yang berkomunikasi terdapat kesamaan makna mengenai suatu hal yang
dikomunikasikan. Secara terminologis komunikasi berarti proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi yang terlibat dalam komunikasi
adalah manusia. Jadi yang dimaksud disini adalah komunikasi manusia atau human communication.
Secara paragdigmatis, komunikasi mengandung tujuan tertentu, ada yang
dilakukan secara lisan, secara tatap muka, melalui media, baik media massa
seperti surat kabar, radio, televisi, atau film, maupun media nonmassa,
misalnya surat telepon, papan pengumuman, poster, spanduk dan sebagainya. Secara
lengkapnya komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh sesorang kepada
orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku,
baik langsung secara lisan, maupun tak langsung melalui media.
Menurut Vardiansyah (2004) komunikasi terdiri dari unsur-unsur yaitu
komunikator, pesan, medium, komunikan, efek dan umpan balik serta melihat pula
bentuk atau pola hubungan komunikator-komunikan seperti jumlah komunikator,
sifat pesan, saluran dan media, jumlah komunikan, efek konatif, kesegaran umpan
balik dan pola hubungan komunikator-komunikan. Semakin tinggi tataran
komunikasi utamanya mulai dari tataran antar pribadi semakin banyak jumlah
komunikatornya. Semakin tinggi tataran komunikasi pesan semakin terstruktur dan
formal. Semakin tinggi tataran komunikasi, media komunikasi semakin bersifat
massal ditujukan sebanyak mungkin khalayak yang tersebar seluas mungkin.
Semakin tinggi tataran komunikasi semakin banyak komunikannya. Semakin tinggi
tataran komunikasi semakin sulit efek konatif atau perubahan perilaku dicapai.
Semakin tinggi tataran komunikasi semakin tertunda umpan balik yang diterima
komunikator. Semakin tinggi tataran komunikasi semakin linear dan statis pola
komunikasinya.
Menurut Arifin (2008) dalam
perspektif psikologis, komunikasi dikonseptualisasikan atau dipahami sebagai
proses dan mekanisme internal penerimaan dan pengolahan informasi dalam diri
manusia. Karena itu eksistensi empiriknya (lokusnya) terletak pada diri manusia
(bukan pada saluran sebagaimana dalam mekanistis), yaitu pada “kepala” individu
yang dinamakan filter konseptual (seperti
sikap, persepsi, keyakinan dan keinginan). Itulah sebabnya komponennya bukan
lagi sumber/penerima, saluran, pesan/umpan balik efek, melainkan stimulus dan
respon, dengan fokus kajian pada individu (penerima). Hal ini terlihat pada
berbagai studi mengenai persuasi dan perubahan sikap, komunikasi
organisasional, dan komunikasi kelompok. Metodologi yang digunakan pada umumnya
eksperimental dan kuantitatif. Hal ini dapat dipahami karena kajian dalam pengembangan
paradigma ini merupakan pengaruh dari psikologi terutama sikologi sosial.
No comments:
Post a Comment