Karet,
Komoditas Penghasil Protein
Salah satu perkebunan yang banyak
menunjang perekonomian negara Indonesia adalah perkebunan karet. Meskipun
tanaman karet itu baru terintroduksi pada tahun 1864, Indonesia pernah menguasai
pasaran karet alam internasional pada era pasca perang Dunia II. Setelah
kemerdekaan, produksi karet Indonesia justru merosot. Situasi politik dalam
negeri yang tidak menentu dan tidak dilakukannya peremajaan tanaman merupakan
faktor utama produksi karet Indonesia merosot (Heru dan Andoko, 2008).
Luas lahan karet yang dimiliki indonesia merupakan lahan karet
yang terluas di dunia yaitu mencapai 3-3,5 juta hektar. Meskipun memiliki luas
lahan karet terbesar, posisi Indonesia sebagai produsen karet berada di urutan
kedua setelah Thailand disusul Malaysia di urutan ketiga. Tanaman karet
memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Banyak
penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini.
Selama ini, biji karet kurang dimanfaatkan sehingga nyaris
terbuang begitu. Di kebanyakan perkebunan, biji karet hanya dibiarkan jatuh
begitu saja dari pohonnya dan paling-paling hanya dijadikan mainan oleh
anak-anak. Padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan sebab jumlahnya
melimpah. Tanaman
karet mampu menghasilkan rata-rata 800 biji karet per pohon per tahun. Dalam setahun, pohon karet berbuah dua periode. Setiap
buah karet mempunyai 2 -4 biji karet. Adanya
kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi mentah tanpa
diolah terlebih dahulu (Tim Penebar Swadaya, 2011).
No comments:
Post a Comment