Bbk ( Bungkil Biji Karet) Dan Protein

Bbk ( Bungkil Biji Karet) Dan Protein

            Supaya biji karet dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan, biji karet perlu diolah menjadi BBK (bungkil biji karet). Pembuatan BBK meliputi tahap seperti penjemuran biji karet dibawah sinar matahari selama 5 hari, kemudian dilakukan pemecahan biji karet dengan cara dipukul oleh palu, sehingga diperoleh daging biji karet. Daging biji karet dijemur di bawah sinar matahari selama 2 hari dengan patokan kalau biji karet diblender tidak lengket. Kemudian daging biji karet diblender, lalu dipres secara hidrolik dengan tekanan 8,5 ton selama 24 jam, sehingga diperoleh minyak biji karet (MBK), bungkil biji karet (BBK) dan material yang hilang. Bungkil biji karet dalam bentuk lempengan kemudian diblender sehingga dihasilkan tepung BBK (Rahmawan dan Mansyur, 2008).

Dilihat dari komposisi kimianya, kandungan protein tepung biji karet sangatlah tinggi. Selain kandungan protein yang cukup tinggi, pola asam amino biji karet juga sangat baik. Asam amino yang paling banyak terkandung dalam tepung biji karet adalah asam glutamik, asam aspartik dan leucine sedangkan methionine dan cystine merupakan kandungan asam amino yang terendah. Kandungan kimia tepung biji karet dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis proksimat tepung biji karet dan beberapa kandungan kimia (100 g berat kering)

Komposisi proksimat	Kandungan (%)
Air (%)	3,6
Abu (%)	3,4
Protein (%)	27,0
Lemak (%)	32,3
BETN (%)	33.7
Tiamin (µg)	450,0
Asam nikotinat (µg)	2,5
Akroten dan Tokoferol (µg)	250,0
Sianida (mg)	330,0

Kandungan asam amino dalam biji karet dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Susunan asam amino tepung biji karet dari alam dan budidaya (g/kg protein)

Asam Amino	Biji karet alam	Biji karet budidaya
Glutamic acid (Glu)	93.10	112.50
Aspartic acid (Asp)	76.00	80.40
Leucine  (Leu)	51.60	71.90
Arginine (Arg)	46.00	51.10
Lysine (Lys)	39.50	49.90
Phenylalanine (Phe)	38.90	49.00
Glycine (Gly)	32.60	40.10
Valine (Val)	31.70	38.30
Isoleucine (Iso)	30.10	35.10
Tyrosine (Try)	29.00	33.80
Serine (Ser)	21.00	30.20
Alanine (Ala)	17.80	23.90
Histidine (His)	20.10	23.50
Threonine (Thr)	20.50	23.30
Proline (Pro)	20.20	18.10
Methionine (Met)	10.70	14.90
Cystine (Cys)	9.90	14.60

Semua asam amino essensial yang dibutuhkan tubuh terkandung di dalam biji karet. Adanya kandungan sianida membuat biji karet berbahaya bila dikonsumsi mentah tanpa diolah terlebih dahulu (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2011). Asam sianida merupakan anti nutrisi yang diperoleh dari hasil hidrolisis senyawa glukosida sianogenik seperti linamarin, luteustralin dan durin. Salah satu contoh hasil hidrolisis adalah pada linamarin dengan hasil hidrolisisnya berupa D-glukosa + HCN + aseton dengan bantuan enzim linamerase.

Glikosida sianogenetik merupakan senyawa yang terdapat pada bahan pangan nabati dan secara potensial sangat beracun karena dapat terurai dan dapat membentuk hidrogen sianida (HCN). Hidrogen sianida dikeluarkan jika bahan dihancurkan, dikunyah, mengalami pengirisan, atau rusak. Bila dicerna, hidrogen sianida dapat dengan mudah diserap oleh alat pencernaan ke dalam saluran darah. Hidrogen sianida dapat menimbulkan penyakit sampai kematian, dosis yang mematikan 0,5-3,5 mg/kg berat badan (Winarno, 2004).

Banyak cara mengurangi bahkan menghilangkan kandungan asam sianida dalam biji karet. Pengolahan secara tradisional ternyata dapat mengurangi bahkan menghilangkan kandungan racun, misalnya pengupasan kulit,  pengeringan, perendaman sebelum dimasak, dan fermentasi beberapa hari pada singkong. Serupa dengan hal itu, Asam sianida yang terkandung dalam biji karet dapat dihilangkan melalui proses perendaman selama 24 jam dengan pergantian air yang sering dan atau melalui perebusan terbuka. Dengan perendaman linamarin banyak yang rusak dan hidrogen sianida (HCN) ikut terbuang keluar sehingga tinggal 10-40 mg/kg (rata-rata kadar sianida pada singkong adalah 50 mg/kg). Hidrogen sianida juga cepat hilang dalam perebusan (penggodokan), asal tidak ditutup rapat. Dengan pemanasan enzim pemecah linamarin menjadi inaktif  sehingga hidrogen sianida tidak dapat terbentuk (Winarno, 2004).

Untuk biji karet, proses perendaman selama 24 jam dengan air yang sering diganti dan perebusan terbuka maka sianida bisa dihilangkan (Tim Penulis Penebar Swadaya, 2011). Menurut Judoamidjojo at a.l (1989), HCN dapat dihilangkan dengan merebus biji karet, yaitu dengan perbandingan biji karet dengan air adalah 1 : 2-3. Rahmawan dan Mansyur (2008) menambahkan bahwa pengukusan bungkil biji karet (BBK) selama 30 menit mampu menurunkan kandungan HCN tanpa mengurangi kandungan zat-zat makanan yang berarti.