Uji
Korelasi Untuk Mengukur Hubungan Dua Arah
Variabel
variabel penelitian yang dilakukan memiliki hubungan satu sama lain. Hal ini
karena suatu variabel, kita sebut saja sebuah fenomena tidak akan terjadi
begitu saja tetapi memiliki keterkaitan satu sama lain. Masih ingat ilmu fisika
dasar, suatu usaha tidak akan ada tanpa adanya gaya, reaksi tidak akan muncul
tanpa adanya aksi. Semua hal bisa dikatakan ada causa prima. Hubungan suatu
fenomena dengan fenomena bisa kita lihat seperti rendahnya tingkat pendapatan
petani ada kaitannya dengan jumlah modal
yang dimiliki, tingkat pendidikan, akses informasi pertanian dsb.
Ukuran
keeratan hubungan antara variabel dinamakan “korelasi” dan nilai keratan
hubungan tersebut dinamakan koefisien korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu
derajat keeratan hubungan antara dua variabel, misalnya variabel X dan Y. Nilai
koefisen korelasi berkisar antara -1 sampai 1, apabila koefisien korelasi
positif, maka X dan Y meningkat atau menurun bersama-sama. Apabila koefisien
korelasi -1 atau negatif, berarti terdapat hubungan korelasi negatif yang
sempurna, namun jika koefisien korelasi adalah 0, maka tidak terdapat hubungan
antara X dan Y.
Untuk
statistik parametrik dapat menggunakan uji koefisien korelasi Pearson.
Penggunaan uji ini memerlukan asumsi-asumsi dasar seperti statistik parametrik,
seperti data harus menyebar normal atau dianggap menyebar normal. Apabila
syarat-syaratnya tidak bisa dipenuhi, maka korelasi non parametrik adalah solusinya. Ada beberapa uji Korelasi non-parametrik
yang bisa digunakan :
1.
Koefisien kontingensi (C)
2.
Koefisien korelasi Kendal (τ)
3.
Koefisien korelasi peringkat
spearman (rs)
4.
Koefisien korelasi parsial kendal (τxy,z)
5.
Koefisien koordinasi Kendal (W)
No comments:
Post a Comment