Selamat Datang di Bumi Jagad Besemah

05 July, 2012

KEP (Kekurangan Energi Protein), Masalah Gizi yang Membanyangi Balita di Indonesia


KEP (Kekurangan Energi Protein), Masalah Gizi yang Membanyangi Balita di Indonesia
Pangan atau makanan adalah hal yang sangat penting untuk kehidupan. Supaya sehat dan cukup gizi, kita harus memperoleh pangan yang cukup beragam, berkualitas serta aman. Tanpa zat gizi yang memadai, anak-anak tidak dapat mengembangkan potensi mereka secara penuh, orang dewasa akan mengalami kesulitan dalam memelihara dan mengembangkan kemampuan mereka.
Konsumsi makanan berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi bila tubuh mendapatkan cukup gizi yang digunakan secara efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin.
Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan. Pada kenyataannya peta penduduk rawan pangan yang diumumkan oleh BPS pada tahun 2009 masih menunjukkan situasi yang sangat memprihatinkan. Jumlah penduduk sangat rawan pangan yaitu dengan asupan kalori kurang dari 1.400 Kkal per orang per hari mencapai 14,47 persen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008 yaitu 11,07 persen. Rendahnya aksesibilitas pangan, yaitu kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya, mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya masalah kekurangan gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak .
Status gizi kurang terjadi bila tubuh kekurangan satu atau lebih zat essensial. Gangguan gizi dapat disebabkan oleh faktor primer dan sekunder. Faktor primer terjadi bila susunan makanan seseorang salah dalam hak kuantitas atau kualitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan makanan, kurangnya distribusi makanan, kemiskinan atau kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua hal yang menyebabkan semua gizi tidak bisa sampai ke sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi, misalnya faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat gizi, faktor yang mempengaruhi ekskresi, dan faktor yang mengganggu absorbsi zat .
Salah satu masalah gizi yang terjadi di negara yang kaya ini adalah KEP (kekurangan energi protein). KEP adalah salah satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung energi dan protein serta karena gangguan kesehatan. KEP banyak ditemui pada negara-negara miskin, baik pria, wanita, dan anak-anak. Bayi sampai anak berusia lima tahun (balita), maupun ibu hamil dan menyusui dalam ilmu gizi digolongkan sebagai penduduk yang rawan akan kekurangan gizi termasuk KEP.  KEP pada balita berbeda dengan KEP pada dewasa, dimana KEP yang terjadi tidak mudah dikenali karena anak yang mengidap KEP tidak terlihat seperti anak yang sedang sakit dan KEP pada anak tidak didahului oleh masalah bencana kurang pangan atau kelaparan. Artinya dalam keadaan pangan yang berlimpah, masih mungkin terjadi KEP. Oleh karena itu, KEP pada anak-anak sering disebut hidden hunger atau masalah kelaparan yang tersembunyi . Pada keadaan yang sangat ringan tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya terdapat pertumbuhan yang kurang. Pada keadaan berat ditemukan 2 tipe, yaitu kwashiokor dan marasmus.
Protein merupakan zat yang penting dalam tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia, protein merupakan bagian penyusun terbesar setelah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein. Protein memiliki fungsi khas yang tidak bisa digantikan oleh zat lain, yaitu membangun dan memelihara sel dan jaringan dalam tubuh. Protein juga berfungsi dalam pembetukan ikatan-ikatan essensial dalam tubuh, mengatur keseimbangan air, pembentukan antibodi, mengangkut zat gizi, dan sumber energi.
Balita yang kurang gizi mempunyai risiko meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun kurang lebih 11 juta dan balita di seluruh dunia meninggal oleh karena penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, dan campak. Ironisnya, 54 persen dan kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi. Kekurangan gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta kekurangan zat gizi seperti vitainin A, zat besi, iodium dan zinc. Angka kematian balita di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Masa balita merupakan masa yang kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.

No comments:

Post a Comment