KEP (Kekurangan Energi Protein), Masalah Gizi yang Membanyangi Balita di Indonesia
Pangan atau makanan adalah hal yang sangat penting untuk
kehidupan. Supaya sehat dan cukup gizi, kita harus memperoleh pangan yang cukup
beragam, berkualitas serta aman. Tanpa zat gizi yang memadai, anak-anak tidak
dapat mengembangkan potensi mereka secara penuh, orang dewasa akan mengalami
kesulitan dalam memelihara dan mengembangkan kemampuan mereka.
Konsumsi
makanan berpengaruh pada status gizi seseorang. Status gizi baik atau status
gizi optimal terjadi bila tubuh mendapatkan cukup gizi yang digunakan secara
efisien, sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan
kerja, dan kesehatan secara umum pada tingkat yang setinggi mungkin.
Pangan
merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap
rakyat Indonesia, hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996
tentang Pangan. Pada kenyataannya peta penduduk rawan pangan yang diumumkan
oleh BPS pada tahun 2009 masih menunjukkan situasi yang sangat memprihatinkan.
Jumlah penduduk sangat rawan pangan yaitu dengan asupan kalori kurang dari
1.400 Kkal per orang per hari mencapai 14,47 persen, meningkat dibandingkan
dengan kondisi tahun 2008 yaitu 11,07 persen. Rendahnya aksesibilitas pangan,
yaitu kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya,
mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman
di tingkat rumah tangga. Pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya
masalah kekurangan gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu,
bayi dan anak .
Status gizi kurang terjadi bila tubuh
kekurangan satu atau lebih zat essensial. Gangguan gizi dapat disebabkan oleh
faktor primer dan sekunder. Faktor primer terjadi bila susunan makanan
seseorang salah dalam hak kuantitas atau kualitas yang disebabkan oleh
kurangnya penyediaan makanan, kurangnya distribusi makanan, kemiskinan atau
kebiasaan makan yang salah. Faktor sekunder meliputi semua hal yang menyebabkan
semua gizi tidak bisa sampai ke sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi,
misalnya faktor yang mempengaruhi metabolisme dan utilisasi zat gizi, faktor
yang mempengaruhi ekskresi, dan faktor yang mengganggu absorbsi zat .
Salah satu masalah gizi yang
terjadi di negara yang kaya ini adalah KEP (kekurangan energi protein). KEP adalah salah
satu masalah gizi kurang akibat konsumsi makanan yang tidak cukup mengandung
energi dan protein serta karena gangguan kesehatan. KEP banyak ditemui pada
negara-negara miskin, baik pria, wanita, dan anak-anak. Bayi sampai anak
berusia lima tahun (balita), maupun ibu hamil dan menyusui dalam ilmu gizi
digolongkan sebagai penduduk yang rawan akan kekurangan gizi termasuk KEP. KEP pada balita berbeda dengan KEP pada
dewasa, dimana KEP yang terjadi tidak mudah dikenali karena anak yang mengidap
KEP tidak terlihat seperti anak yang sedang sakit dan KEP pada anak tidak
didahului oleh masalah bencana kurang pangan atau kelaparan. Artinya dalam keadaan
pangan yang berlimpah, masih mungkin terjadi KEP. Oleh karena itu, KEP pada
anak-anak sering disebut hidden hunger atau
masalah kelaparan yang tersembunyi . Pada keadaan yang sangat ringan tidak banyak ditemukan kelainan dan hanya
terdapat pertumbuhan yang kurang. Pada keadaan berat ditemukan 2 tipe, yaitu
kwashiokor dan marasmus.
Protein
merupakan zat yang penting dalam tubuh manusia. Di dalam tubuh manusia, protein
merupakan bagian penyusun terbesar setelah air. Seperlima bagian tubuh adalah
protein. Protein memiliki fungsi khas yang tidak bisa digantikan oleh zat lain,
yaitu membangun dan memelihara sel dan jaringan dalam tubuh. Protein juga berfungsi
dalam pembetukan ikatan-ikatan essensial dalam tubuh, mengatur keseimbangan
air, pembentukan antibodi, mengangkut zat gizi, dan sumber energi.
Balita yang kurang gizi mempunyai risiko
meninggal lebih tinggi dibandingkan balita yang tidak kurang gizi. Setiap tahun
kurang lebih 11 juta dan balita di seluruh dunia meninggal oleh karena
penyakit-penyakit infeksi seperti ISPA, diare, malaria, dan campak. Ironisnya,
54 persen dan kematian tersebut berkaitan dengan adanya kurang gizi. Kekurangan
gizi pada balita ini meliputi kurang energi dan protein serta kekurangan zat
gizi seperti vitainin A, zat besi, iodium dan zinc. Angka kematian balita di
Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN. Masa balita merupakan masa yang
kritis dalam upaya menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas.
No comments:
Post a Comment