Selamat Datang di Bumi Jagad Besemah

05 July, 2012

POTENSI BIJI KARET PADA INDUSTRI MAKANAN DAN PENGENTASAN KEP (KEKURANGAN ENERGI PROTEIN) DI SUMSEL


POTENSI BIJI KARET PADA INDUSTRI MAKANAN DAN PENGENTASAN KEP
(KEKURANGAN ENERGI PROTEIN) DI SUMSEL

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia dan lingkup internasional. Banyak penduduk yang hidup dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini. Hasil sampingan lain dari perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang begitu saja adalah biji karet. Padahal bila dimanfaatkan akan cukup menguntungkan sebab jumlahnya melimpah. Dengan luas areal tanaman karet terbesar di dunia, yaitu mencapai 3 juta hektar dan bila 1 hektar kebun mampu menghasilkan minimal 5.000 butir biji karet per tahun, maka betapa banyaknya biji karet yang bisa diolah. Dari hasil analisis, 100 g biji karet mengandung proteinnya sebesar 27 persen dan mengandung zat-zat lain yang baik untuk tubuh . Pemanfaatan protein yang terkadung dalam biji karet bisa menjadi sumber gizi bagi masyarakat. Kekurangan energi protein (KEP) merupakan salah satu penyebab gizi buruk di dunia.
Pembangunan suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara. Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas sumberdaya manusianya. Ukuran kualitas sumberdaya manusia dapat dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi masyarakat. Menurut Human Development Reports, UNDP (2010) dalam BAPPENAS (2011), IPM Indonesia dikategorikan dalam medium human development dan menduduki ranking 108 dari 182 negara. Sementara itu, negara ASEAN lain berada pada posisi 27 (Singapura), 37 (Brunei Darussalam), 57 (Malaysia), 92 (Thailand), 97 (Filipina), dan 113 (Vietnam).
Situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrim. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yang salah, yaitu rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai kegemukan. Di sisi lain, penyakit menular dan penyakit tidak menular juga meningkat. Sangat jelas peran gizi berkontribusi dalam penanggulangan dua penyakit ini. Untuk mencapai status kesehatan yang optimal, dua sisi beban penyakit ini perlu diberi perhatian lebih pada pendekatan gizi, baik pada masyarakat kaya maupun pada kelompok masyarakat miskin .
Sebagai negara agraris yang kaya dengan sumber daya, seharusnya Indonesia telah menjadi pelaku utama penghasil bahan pangan yang sehat dan beragam di dunia. Akan tetapi, negeri yang kaya ini malah menjadi negara yang ketergantungan dengan bahan pangan dari negara lain. Banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang mencukupi, bahkan kemiskinan dan gizi buruk tetap melanda Indonesia
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk sangat rawan pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/orang/hari) mencapai 14,47 persen, meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 persen. Rendahnya aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan pangan anggotanya) mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam, bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhirnya akan berdampak pada semakin beratnya masalah kurang gizi masyarakat, terutama pada kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak. Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara konsisten menunjukkan bahwa rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di bawah Angka Kecukupan Gizi .
Salah satu masalah gizi yang terjadi di negara yang kaya ini adalah KEP (kekurangan energi protein). Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutritions merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara berkembang di Asia, Afrika, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Prevalensi KEP yang berat terdapat pada balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui. Pada KEP ditemukan berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul beberapa keadaan KEP pada derajat yang sangat ringan bahkan berat .
Anak merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) yang memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Zat gizi dari makanan merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan anak dalam proses tumbuh kembang optimal sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna, yaitu sehat secara fisik, sehat secara mental, dan sehat secara sosial (Aulina, 2010). Untuk membantu pengentasan masalah gizi (kekurangan gizi) KEP. 

No comments:

Post a Comment