POTENSI BIJI KARET PADA INDUSTRI MAKANAN DAN PENGENTASAN KEP
(KEKURANGAN ENERGI PROTEIN) DI SUMSEL
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan
perekonomian Indonesia dan lingkup internasional. Banyak penduduk yang hidup
dengan mengandalkan komoditas penghasil getah ini. Hasil sampingan lain dari
perkebunan karet yang selama ini kurang dimanfaatkan hingga nyaris terbuang
begitu saja adalah biji karet. Padahal bila dimanfaatkan akan cukup
menguntungkan sebab jumlahnya melimpah. Dengan luas areal tanaman karet
terbesar di dunia, yaitu mencapai 3 juta hektar dan bila 1 hektar kebun mampu
menghasilkan minimal 5.000 butir biji karet per tahun, maka betapa banyaknya
biji karet yang bisa diolah. Dari hasil analisis, 100 g biji karet mengandung
proteinnya sebesar 27 persen dan mengandung zat-zat lain yang baik untuk tubuh . Pemanfaatan protein yang terkadung dalam
biji karet bisa menjadi sumber gizi bagi masyarakat. Kekurangan energi protein
(KEP) merupakan salah satu penyebab gizi buruk di dunia.
Pembangunan
suatu bangsa bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan setiap warga negara.
Peningkatan kemajuan dan kesejahteraan bangsa sangat tergantung pada kemampuan
dan kualitas sumberdaya manusianya. Ukuran kualitas sumberdaya manusia dapat
dilihat pada Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sedangkan ukuran kesejahteraan
masyarakat antara lain dapat dilihat pada tingkat kemiskinan dan status gizi
masyarakat. Menurut Human Development Reports, UNDP (2010) dalam
BAPPENAS (2011), IPM Indonesia dikategorikan dalam medium human development dan
menduduki ranking 108 dari 182 negara. Sementara itu, negara ASEAN lain berada
pada posisi 27 (Singapura), 37 (Brunei Darussalam), 57 (Malaysia), 92
(Thailand), 97 (Filipina), dan 113 (Vietnam).
Situasi gizi dunia menunjukkan dua kondisi yang ekstrim. Mulai
dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yang salah, yaitu
rendah serat dan tinggi kalori, serta kondisi kurus dan pendek sampai
kegemukan. Di sisi lain, penyakit menular dan penyakit tidak menular juga
meningkat. Sangat jelas peran gizi berkontribusi dalam penanggulangan dua
penyakit ini. Untuk mencapai status kesehatan yang optimal, dua sisi beban
penyakit ini perlu diberi perhatian lebih pada pendekatan gizi, baik pada
masyarakat kaya maupun pada kelompok masyarakat miskin .
Sebagai negara agraris yang kaya dengan sumber daya, seharusnya
Indonesia telah menjadi pelaku utama penghasil bahan pangan yang sehat dan
beragam di dunia. Akan tetapi, negeri yang kaya ini malah menjadi negara yang
ketergantungan dengan bahan pangan dari negara lain. Banyak penduduk Indonesia
yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang mencukupi, bahkan kemiskinan dan
gizi buruk tetap melanda Indonesia
Berdasarkan data BPS, pada tahun 2009 jumlah penduduk sangat rawan
pangan (asupan kalori <1.400 Kkal/orang/hari) mencapai 14,47 persen,
meningkat dibandingkan dengan kondisi tahun 2008, yaitu 11,07 persen. Rendahnya
aksesibilitas pangan (kemampuan rumah tangga untuk selalu memenuhi kebutuhan
pangan anggotanya) mengancam penurunan konsumsi makanan yang beragam,
bergizi-seimbang, dan aman di tingkat rumah tangga. Pada akhirnya akan
berdampak pada semakin beratnya masalah kurang gizi masyarakat, terutama pada
kelompok rentan yaitu ibu, bayi dan anak. Data riset kesehatan dasar (Riskesdas)
yang dilakukan pada tahun 2007 dan 2010 secara konsisten menunjukkan bahwa
rata-rata asupan kalori dan protein anak balita masih di bawah Angka Kecukupan
Gizi .
Salah satu masalah gizi yang terjadi di negara yang kaya ini
adalah KEP (kekurangan energi protein). Penyakit KEP atau Protein Energy Malnutritions merupakan salah satu penyakit gangguan
gizi yang penting bagi Indonesia maupun banyak negara berkembang di Asia,
Afrika, Amerika Utara, dan Amerika Selatan. Prevalensi KEP yang berat terdapat
pada balita, ibu yang sedang mengandung dan menyusui. Pada KEP ditemukan
berbagai macam keadaan patologis disebabkan oleh kekurangan energi maupun
protein dalam proporsi yang bermacam-macam. Akibat kekurangan tersebut timbul
beberapa keadaan KEP pada derajat yang sangat ringan bahkan berat .
Anak merupakan investasi sumber daya manusia
(SDM) yang memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak
lahir, bahkan sejak dalam kandungan. Zat gizi dari makanan merupakan sumber
utama untuk memenuhi kebutuhan anak dalam proses tumbuh kembang optimal
sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna, yaitu sehat secara fisik,
sehat secara mental, dan sehat secara sosial (Aulina,
2010). Untuk membantu pengentasan masalah gizi
(kekurangan gizi) KEP.
No comments:
Post a Comment