MENANTI PERGERAKAN SISTEM RESI GUDANG (SRG) KOTA
PAGAR ALAM
Komoditas pertanian
memiliki karakteritik yang khas di antaranya: produksi musiman, dihasilkan dari
skala usaha kecil, produksi terpencar, bersifat berat (bulky), memakan tempat
(volumnious), dan mudah rusak (perishable). Terkait dengan sifat produksi yang
musiman tersebut, fenomena jatuh harga pada komoditas pertanian sangat
merugikan petani. Bahkan seringkali terjadi, karena harga produk pertanian yang
terlalu rendah saat panen raya menyebabkan sebagian petani enggan untuk memanen
hasil pertaniannya, disebabkan biaya panen lebih besar dibandingkan dengan
harga jual produknya.
Permasalahan
anjlok harga ini selalu terjadi berulang kali baik dalam durasi musiman,
tahunan, maupun siklus beberapa tahun sekali. Secara umum hampir semua
komoditas pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan komoditas
lainnya) mengalami nasib yang sama. Bahkan untuk beberapa komoditas ekspor
perkebunan, insiden anjlok harga bukan hanya terjadi ketika panen raya, tetapi
juga rentan terhadap dinamika kondisi perkonomian global seperti saat krisis
finansial. Untuk menghindari kerugian akibat anjlok harga saat panen raya,
secara teori petani dapat melakukan tunda jual. Namun, sebagian besar petani
tidak mempunyai posisi tawar yang kuat untuk mempertahankan hasil panennya agar
tidak dijual pada saat panen raya. Hal ini disebabkan sebagian besar petani
memberlakukan hasil panennya sebagai “cash crop” dalam arti petani membutuhkan
segera uang tunai guna memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk melakukan
usahatani di musim berikutnya.
Kopi merupakan komoditas
penting bagi masyarakat Kota Pagar Alam karena sebagian besar penduduk
berprofesi sebagai petani. Meskipun hasil panen kopi tidak secara penuh mampu
memenuhi kebutuhan hidup keluarga, peningkatan pendapatan masyarakat Pagar Alam
berbasis tanaman kopi tidak bisa dihapuskan. Mengingat kopi sudah merupakan
budaya masyarakat Pagar Alam “pening palak kalu dek ngupi”J. Masalah
sering timbul ketika panen tiba, hasil panen yang telah ditunggu setelah satu
tahun penuh ternyata harganya anjlok. Fenomena ini bukanlah suatu hal aneh,
sesuai dengan teori ekonomi : penawaran kopi yang meningkat akibat panen tanpa
diikuti peningkatan permintaan akan membuat over supply sehingga harga akan
turun. Fenomene anjloknya harga juga disebabkan situasi perdagangan
kopi secara internasional sehingga bisa saja saat kopi tidak musim atau saat
panceklik tiba harga kopi juga turun.
Fenomene anjloknya harga
kopi dapat diminimalisir dengan sistem tunda jual kopi atau hasil panen melalui
SRG. Dimana ketika harga sudah tinggi, petani dapat menjual hasil panennya.
Namun hal itu tidak semudah dibayangkan, karena untuk menikmati SRG butuh
proses, yang melibatkan kesiapan berbagai pihak. Jadi wajar kalau, SRG Kota
Pagar Alam yang telah lama berdiri sampai sekarang belum juga bergerak (aktif).
Kita tunggu saja J.
Majulah Pagar Alam
No comments:
Post a Comment