Selamat Datang di Bumi Jagad Besemah

04 July, 2012

Jenis Data (Skala Ukur)


Dalam penelitian jenis data atau skala pengukuran mempengaruhi jenis analisi data yang akan digunakan, misalnya uji kasus satu sampel dengan ukuran skala intreval/rasio maka dapat digunakan uji chi kuadrat.  Skala ukur dapat dibagi 4, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio. Berikut  penjelasan jenis data atau skala ukur.

Tingkat
Nominal
Ordinal
Interval
Rasio
Deskripsi
Penggunaan angaka untuk mengidentifikasikan objek, individu, kejadian, kelompok (hanya untuk klasifikasi)
Selain untuk identifikasi, angka juga menunjukkan karakteristik kejadian, objek dsb secara relatif
Memiliki semua sifat skala nominal dan ordinal serta interval antara 2 titik yang sama
Menggabungkan semua sifat skala serta memasukkan nilai 0
Dasar Operasi Empiris
Penentuan persamaan atau ketidaksamaan
Penentuan lebih besar atau lebih kecil
Penentuan persamaan interval
Penentuan persamaan rasio
Jenis Pengukuran
klasifikasi
Ranking/skoring
Ukuran yang lebih disukai untuk konsep/konstruksi yang kompleks
Bila tersedia instrumen yang tepat
Statistik Deskriptif
Persentase
Median (rata-rata dan varians)
Rata rata varians
Rata rata geometrik
(rata rata harmonik)
Statistik Inferensi
Non parametrik
Nonparametrik (parametik)
Parametrik
Parametrik
 sumber : Sriati, 2004. Metode Penelitian

a. Data nominal
Menuruti Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa. Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1), basket (2) dan renang (3). Contoh laiinya misalnya mawar diberi nomor 1, melati 2, tulip.
b. Data ordinal
Data ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n, misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala, maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Contoh lain misalnya jawaban a memiliki skor 3, jawaban b skor 2 dan jawaban skor 1. Meskipun ada tingkatan skor 3
c. Data interval
Pemberian angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2. Beda prestasi antara mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3.
d. Data ratio
Ukuran yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur dinamakan ukuran ratio (data rasio). Data ratio, yang diperoleh melalui mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data ratio dapat dibuat perkalian ataupun pembagian. Angka pada data ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp. 50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B. Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara pengemudi D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah 4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3 Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur dengan skala rasio, maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat badan bayi C. Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A.
Sumber : Suharto

No comments:

Post a Comment