Dalam
penelitian jenis data atau skala pengukuran mempengaruhi jenis analisi data
yang akan digunakan, misalnya uji kasus satu sampel dengan ukuran skala intreval/rasio
maka dapat digunakan uji chi kuadrat. Skala
ukur dapat dibagi 4, yaitu nominal, ordinal, interval dan rasio. Berikut penjelasan jenis data atau skala ukur.
Tingkat
|
Nominal
|
Ordinal
|
Interval
|
Rasio
|
Deskripsi
|
Penggunaan angaka untuk
mengidentifikasikan objek, individu, kejadian, kelompok (hanya untuk
klasifikasi)
|
Selain untuk identifikasi, angka juga
menunjukkan karakteristik kejadian, objek dsb secara relatif
|
Memiliki semua sifat skala nominal dan
ordinal serta interval antara 2 titik yang sama
|
Menggabungkan semua sifat skala serta
memasukkan nilai 0
|
Dasar Operasi Empiris
|
Penentuan persamaan atau ketidaksamaan
|
Penentuan lebih besar atau lebih kecil
|
Penentuan persamaan interval
|
Penentuan persamaan rasio
|
Jenis Pengukuran
|
klasifikasi
|
Ranking/skoring
|
Ukuran yang lebih disukai untuk
konsep/konstruksi yang kompleks
|
Bila tersedia instrumen yang tepat
|
Statistik Deskriptif
|
Persentase
|
Median (rata-rata dan varians)
|
Rata rata varians
|
Rata rata geometrik
(rata rata harmonik)
|
Statistik Inferensi
|
Non parametrik
|
Nonparametrik (parametik)
|
Parametrik
|
Parametrik
|
a. Data
nominal
Menuruti
Moh. Nazir, data nominal adalah ukuran yang paling sederhana, dimana angka yang
diberikan kepada objek mempunyai arti sebagai label saja, dan tidak menunjukkan
tingkatan apapun. Ciri-ciri data nominal adalah hanya memiliki atribut, atau
nama, atau diskrit. Data nominal merupakan data kontinum dan tidak memiliki
urutan. Bila objek dikelompokkan ke dalam set-set, dan kepada semua anggota set
diberikan angka, set-set tersebut tidak boleh tumpang tindih dan bersisa.
Misalnya tentang jenis olah raga yakni tenis, basket dan renang. Kemudian
masing-masing anggota set di atas kita berikan angka, misalnya tenis (1),
basket (2) dan renang (3). Contoh laiinya misalnya mawar diberi nomor 1, melati
2, tulip.
b. Data
ordinal
Data
ini, selain memiliki nama (atribut), juga memiliki peringkat atau urutan. Angka
yang diberikan mengandung tingkatan. Ia digunakan untuk mengurutkan objek dari
yang paling rendah sampai yang paling tinggi, atau sebaliknya. Ukuran ini tidak
memberikan nilai absolut terhadap objek, tetapi hanya memberikan peringkat
saja. Jika kita memiliki sebuah set objek yang dinomori, dari 1 sampai n,
misalnya peringkat 1, 2, 3, 4, 5 dan seterusnya, bila dinyatakan dalam skala,
maka jarak antara data yang satu dengan lainnya tidak sama. Ia akan memiliki
urutan mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah. Contoh lain misalnya
jawaban a memiliki skor 3, jawaban b skor 2 dan jawaban skor 1. Meskipun ada
tingkatan skor 3
c. Data
interval
Pemberian
angka kepada set dari objek yang mempunyai sifat-sifat ukuran ordinal dan
ditambah satu sifat lain, yakni jarak yang sama pada pengukuran dinamakan data
interval. Data ini memperlihatkan jarak yang sama dari ciri atau sifat objek
yang diukur. Akan tetapi ukuran interval tidak memberikan jumlah absolut dari
objek yang diukur. Data yang diperoleh dari hasil pengukuran menggunakan skala
interval dinamakan data interval. Misalnya tentang nilai ujian 6 orang
mahasiswa, yakni A, B, C, D, E dan F diukur dengan ukuran interval pada skala
prestasi dengan ukuran 1, 2, 3, 4, 5 dan 6, maka dapat dikatakan bahwa beda
prestasi antara mahasiswa C dan A adalah 3 – 1 = 2. Beda prestasi antara
mahasiswa C dan F adalah 6 – 3 = 3.
d. Data
ratio
Ukuran
yang meliputi semua ukuran di atas ditambah dengan satu sifat yang lain, yakni
ukuran yang memberikan keterangan tentang nilai absolut dari objek yang diukur
dinamakan ukuran ratio (data rasio). Data ratio, yang diperoleh melalui
mengukuran dengan skala rasio memiliki titik nol. Karenanya, interval jarak
tidak dinyatakan dengan beda angka rata-rata satu kelompok dibandingkan dengan
titik nol di atas. Oleh karena ada titik nol, maka data ratio dapat dibuat
perkalian ataupun pembagian. Angka pada data ratio dapat menunjukkan nilai sebenarnya
dari objek yang diukur. Jika ada 4 orang pengemudi, A, B, C dan D mempunyai
pendapatan masing-masing perhari Rp. 10.000, Rp.30.000, Rp. 40.000 dan Rp.
50.000. Bila dilihat dengan ukuran rasio maka pendapatan pengemudi C adalah 4
kali pendapatan pengemudi A. Pendapatan pengemudi D adalah 5 kali pendapatan
pengemudi A. Pendapatan pengemudi C adalah 4/3 kali pendapatan pengemudi B.
Dengan kata lain, rasio antara pengemudi C dan A adalah 4 : 1, rasio antara
pengemudi D dan A adalah 5 : 1, sedangkan rasio antara pengemudi C dan B adalah
4 : 3. Interval pendapatan pengemudi A dan C adalah 30.000, dan pendapatan
pengemudi C adalah 4 kali pendapatan pengemudi A. Contoh data rasio lainnya
adalah berat badan bayi yang diukur dengan skala rasio. Bayi A memiliki berat 3
Kg. Bayi B memiliki berat 2 Kg dan bayi C memiliki berat 1 Kg. Jika diukur
dengan skala rasio, maka bayi A memiliki rasio berat badan 3 kali dari berat
badan bayi C. Bayi B memiliki rasio berat badan dua kali dari berat badan bayi
C, dan bayi C memiliki rasio berat badan sepertiga kali berat badan bayi A.
Sumber : Suharto
No comments:
Post a Comment