Selamat Datang di Bumi Jagad Besemah

23 November, 2014

MENANTI PERGERAKAN SISTEM RESI GUDANG (SRG) KOTA PAGAR ALAM

MENANTI PERGERAKAN SISTEM RESI GUDANG (SRG) KOTA PAGAR ALAM

        

        Komoditas pertanian memiliki karakteritik yang khas di antaranya: produksi musiman, dihasilkan dari skala usaha kecil, produksi terpencar, bersifat berat (bulky), memakan tempat (volumnious), dan mudah rusak (perishable). Terkait dengan sifat produksi yang musiman tersebut, fenomena jatuh harga pada komoditas pertanian  sangat merugikan petani. Bahkan seringkali terjadi, karena harga produk pertanian yang terlalu rendah saat panen raya menyebabkan sebagian petani enggan untuk memanen hasil pertaniannya, disebabkan biaya panen lebih besar dibandingkan dengan harga jual produknya.
        Permasalahan anjlok harga ini selalu terjadi berulang kali baik dalam durasi musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun sekali. Secara umum hampir semua komoditas pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan komoditas lainnya) mengalami nasib yang sama. Bahkan untuk beberapa komoditas ekspor perkebunan, insiden anjlok harga bukan hanya terjadi ketika panen raya, tetapi juga rentan terhadap dinamika kondisi perkonomian global seperti saat krisis finansial. Untuk menghindari kerugian akibat anjlok harga saat panen raya, secara teori petani dapat melakukan tunda jual. Namun, sebagian besar petani tidak mempunyai posisi tawar yang kuat untuk mempertahankan hasil panennya agar tidak dijual pada saat panen raya. Hal ini disebabkan sebagian besar petani memberlakukan hasil panennya sebagai “cash crop” dalam arti petani membutuhkan segera uang tunai guna memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk melakukan usahatani di musim berikutnya.
Kopi merupakan komoditas penting bagi masyarakat Kota Pagar Alam karena sebagian besar penduduk berprofesi sebagai petani. Meskipun hasil panen kopi tidak secara penuh mampu memenuhi kebutuhan hidup keluarga, peningkatan pendapatan masyarakat Pagar Alam berbasis tanaman kopi tidak bisa dihapuskan. Mengingat kopi sudah merupakan budaya masyarakat Pagar Alam “pening palak kalu dek ngupi”J. Masalah sering timbul ketika panen tiba, hasil panen yang telah ditunggu setelah satu tahun penuh ternyata harganya anjlok. Fenomena ini bukanlah suatu hal aneh, sesuai dengan teori ekonomi : penawaran kopi yang meningkat akibat panen tanpa diikuti peningkatan permintaan akan membuat over supply sehingga harga akan turun. Fenomene anjloknya harga  juga disebabkan situasi perdagangan kopi secara internasional sehingga bisa saja saat kopi tidak musim atau saat panceklik tiba harga kopi juga turun.
Fenomene anjloknya harga kopi dapat diminimalisir dengan sistem tunda jual kopi atau hasil panen melalui SRG. Dimana ketika harga sudah tinggi, petani dapat menjual hasil panennya. Namun hal itu tidak semudah dibayangkan, karena untuk menikmati SRG butuh proses, yang melibatkan kesiapan berbagai pihak. Jadi wajar kalau, SRG Kota Pagar Alam yang telah lama berdiri sampai sekarang belum juga bergerak (aktif). Kita tunggu saja J.

Majulah Pagar Alam

No comments:

Post a Comment